Selasa, 30 April 2013

Teori Kepribadian Menurut Para Tokoh


Teori Kepribadian Menurut Para Tokoh

Teori Carl Roger
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.(Schultz 1991)
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered) (Clifford 1986). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, Namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara , kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah. Teori Rogers didasarkan pada suatu “daya hidup” yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya.Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.(George 2008)
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered),non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.

Asumsi dan Prinsip Dasar Teori
1.      Kecenderungan formatif : Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
2.      Kecenderungan aktualisasi: Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Ide pokok dari teori-teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah-masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. (Schultz 1991)
Diri lain dalam teori Rogers adalah diri yang ideal. Kita semua memiliki konsepsi jenis orang yang diri kita inginkan menjadi sepertinya. Semakin dekat diri ideal dengan diri nyata, semakin penuh dan gembira individu yang bersangkutan. Ketidaksesuaian yang besar antara diri ideal dan diri nyata menghasilkan orang yang tidak puas dan tidak gembira.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat). (Schultz 1991)
Jadi dua jenis ketidaksesuaian dapat terjadi : satu, antara diri dan pengalaman realita ; dan yang lain antara diri dan diri ideal. Rogers memiliki beberapa hipotesis tentang bagaimana ketidaksesuaian itu dapat berkembang.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):

1.Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2. Kehidupan Eksistensia Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan – paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya. (Schultz 1991)
Psikoanalisa menurut carl gustav jung
Carl gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswil dan meninggal pada tanggal 6 Juni1961 di Kusnach, Swiss. Ia lulus dari Fakultas kedokteran Universitas Basle pada tahun1900. Pada tahun 1923 ia berhenti menjadi dosen untuk mengkhususkan dirinya dalam riset-riset. Sejak 1906 ia mulai tulis menulis surat kepada Sigmund Freud yang baru dijumpainya pertama kali setahun kemudian yakni tahun 1907. Pertemuan yang terjadi di Wina tersebutsangat mengesankan kedua belah pihak, sehingga terjadi tali persahabatan antara mereka.Freud begitu menaruh kepercayaan kepada Jung, sehingga Jung dianggap sebagai orangyang patut menggantikan Freud di kemudian hari.Carl Gustav Jung adalah murid Sigmund Freud. Freud adalah adalah penggagas psikoanalisayang merupakan seorang Jerman keturunan Yahudi. Ia dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1865di Freiberg, dan pada masa bangkitnya Hitler ia harus melarikan diri ke Inggris danmeninggal di London pada tanggal 23 September 1939.Meskipun mengambil beberapa pendapat gurunya, ia tidak sepenuhnya sependapat denganFreud, terutama karena gurunya tersebut terlalu menekankan pada seksualitas dan berorientasi terhadap materialistis dan biologis di dalam menjelaskan teori-teorinya.

Doktrin Jung
Doktrin Jung yang dikenal dengan psikologi analitis (analytical psychology), sangatdipengaruhi oleh mitos, mistisisme, metafisika, dan pengalaman religius. Ia percaya bahwahal ini dapat memberikan keterangan yang memuaskan atas sifat spiritual manusia,sedangkan teori-teori Freud hanya berkecimpung dengan hal-hal yang sifatnya keduniaansemata. (Carl Gustav Jung, 1989: 10.)Jung mendefinisikan kembali istilah-istilah psikologi yang dipakai pada saat itu, khususnyayang dipakai oleh Freud. Ego, menurut Jung, merupakan suatu kompleks yang terletak ditengah-tengah kesadaran, yakni keakuan.Istilah Freud lainnya yang didefinisikannya kembali adalah libido. Bagi Jung, libido bukanhanya menandakan energi seksual, tetapi semua proses kehidupan yang penuh energi: dariaktivitas seksual sampai penyembuhan (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 92).Id, ego, dan superego, adalah istilah istilah yang tak pernah dipakai oleh Jung. Sebagaigantinya, ia menggunakan istilah conciousness (kesadaran), personal unconciousness(ketidaksadaran pribadi), dan collective unconciousness (ketidaksadaran kolektif Conciousness dan personal unconciousness sebagian dapat diperbandingkan dengan id danego, tetapi terdapat perbedaan yang sangat berarti antara superego-nya Freud dengancollective unconciousness, karena Jung percaya bahwa yang terakhir ini adalah wilayahkekuatan jiwa (psyche) yang paling luas dan dalam, yang mengatur akar dari empat fungsi psikologis, yaitu sensasi, intuisi, pikiran, dan perasaan. Selain itu, juga mengandung warisanmemori-memori rasial, leluhur dan historis.Untuk dapat mengerti aspek-aspek metafisik dalam teori mimpi Jung, menurut penulis kitaharus menelusuri dan memahami berbagai terma yang biasa dipakai oleh Jung di dalammenguraikan teori mimpinya.

Struktur Psyche Menurut Jung
Menurut Jung, Psyche adalah kesatuan yang di dalamnya terdapat semua pikiran, perasaandan tingkah laku baik yang disadari maupun tidak disadari yang saling berinteraksi satusama lainnya. Struktur  psyche menurut Jung terdiri dari :
  1. Ego Ego merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaansadar. Ego bekerja pada tingkat conscious Dari Ego lahir perasaan identitas dan kontinyuitasseseorang. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku yang umumnya dimiliki danditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagianmanusia yang membuat ia sadar pada dirinya.

  1.  Personal Unconscious Struktur  Psyche ini merupakan wilayah yang berdekatan dengan ego. Terdiri dari pengalaman-pengalaman yang pernah disadari tetapi dilupakan dan diabaikan dengancara Repression atau  suppression.Pengalaman-pengalaman yang kesannya lemah jugadisimpan kedalam  personal unconscious. Penekanan kenangan pahit kedalam personal unconscious dapat dilakukan oleh diri sendiri secara mekanik namun bisa juga karenadesakan dari pihak luar yang kuat dan lebih berkuasa. Kompleks adalah kelompok yangterorganisir dari perasaan, pikiran dan ingatan-ingatan yang ada dalam personal unconscious. Setiap kompleks memilki inti yang menarik atau mengumpulkan berbagai pengalaman yang memiliki kesamaan tematik, semakin kuat daya tarik inti semakin besar  pula pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia. Kepribadian dengan kompleks tertentuakan didominasi oleh ide, perasaan dan persepsi yang dikandung oleh kompleks itu.

  1. Collective Unconscious Merupakan gudang bekas ingatan yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang yangtidak hanya meliputi sejarah ras manusia sebagai sebuah spesies tersendiri tetapi jugaleluhur pramanusiawi atau nenek moyang binatangnya. Collective unconscious terdiri dari beberapa Archetype, yang merupakan ingatan ras akan suatu bentuk pikiran universal yangditurunkan dari generasi ke generasi. Bentuk pikiran ini menciptakan gambaran-gambaranyang berkaitan dengan aspek-aspek kehidupan, yang dianut oleh generasi terentu secarahampir menyeluruh dan kemudian ditampilkan berulang-ulang pada beberapa generasi berikutnya.

Beberapa archetype yang dominan seakan terpisah darikumpulan archetype lainnya dan membentuk satu sistem sendiri. Empat archetype yang penting dalam membentuk kepribadian seseorang adalah :
1.Persona yang merupakan topeng yang dipakai manusia sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan kebiasaan dan tradisi masyarakat serta terhadap kebutuhan archetypa sendiri
2. Anima & Animus
merupakan elemen kepribadian yang secara psikologis berpengaruh terhadap sifat bisexual manusia.
Anima Adalah archetype sifat kewanitaan / feminine padalaki-laki, sedangkan Animus adalah archetype sifat kelelakian / maskulin pada perempuan.

3. Shadow adalah archetype yang terdiri dari insting-insting binatang yang diwarisi manusiadalam evolusinya dari bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah kebentuk yang lebih tinggi atau bagian lain dari diri seorang.

4.Self , yang secara bertahap menjadi titik pusat dari kepribadian yang secara psikologisdidefinisikan sebagai totalitas psikis individual dimana semua elemen kepribadianterkonstelasi disekitarnya.Self membimbing manusia kearah self- actualization, merupakan tujuan hidup yang terus-menerus diperjuangkan manusia tetapi jarang tercapai.

Jung mendefinisikan tipe kepribadian introvert sebagai berikut: “Introversion is an attitude of psyche characterized by an orientation toward one’s own thoughts and feeling....when we say people are introver, we mean they are withdrawn and often shy and they tend to focus on themselves” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu tipe kepribadian introvert terutama dipengaruhi oleh dunia subjektifnya, yaitu dunia di dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran, perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan faktor-faktor subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik; jiwanya tertutup, sukar bergaul sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain (dalam Suryabrata, 1998).
Tipe kepribadian introvert bertolak belakang dengan tipe kepribadian ekstrovert, dimana Jung mengartikan tipe kepribadian ekstrovert sebagai berikut: “Extraversion is an attitude of psyche characterized by an orientation toward the external world and other people.....Extraverts are more open, sociable, and socially assertive” (dalam Schultz dan Schultz, 1993).
Individu yang tipe kepribadian ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju ke luar, pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial. Individu bersikap positif terhadap masyarakatnya; lebih terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar (dalam Suryabrata, 1998).
Jung (dalam Suryabrata, 1998) menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas untuk kedua sikap tersebut, tetapi hanya satu yang dominan dan sadar dalam kepribadiannya, sedangkan yang lain kurang dominan dan tidak sadar. Apabila ego lebih bersifat ekstrovert dalam relasinya dengan dunia maka ketidaksadaran pribadinya akan bersifat introvert.

TEORI ALBERT BANDURA

Albert Bandura lahir di Mudane Kanada, 4 Desember 1925. Dia adalah seorang psikolog. Ia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi University of British of Columbia pada tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Iowa, tempat di mana dia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Bandura (1977) menyatakan bahwa "Learning would be exceedingly laborious, not to mention hazardous, if people had to rely solely on the effects of their own action to inform them what to do. Fortunately, most human behavior is learned observationally through modeling: from observing others one form an idea of her new behavior are performed, and on later occasion this coded information serves as a guide for action".
Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang yang hidupnya dan dibesarkan di dalam lingkungan judi, maka dia cenderung untuk memilih bermain judi, atau sebaliknya menganggap bahawa judi itu adalah tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B = behavior), lingkungan (E = environment) dan kejadian-kejadian internal pada pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P = perception) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi, iaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan; lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana (Kardi, S., 1997: 14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan permodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning).
1.    Pertama, pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain atau vicarious conditioning. Contohnya, seorang pelajar melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya kerana perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious reinforcement.
2.    Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan. Untuk menjelaskan pandangan ini, beliau telah mengemukakan teori tentang imitasi. Bersama dengan Walter (1963) dia mengadakan penelitian pada anak-anak dengan cara menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan tukul besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit ‘sockeroo’ dalam film. Setelah menonton film anak-anak ini diarah bermain di ruang permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam film. Setelah kanak-kanak tersebut melihat patung tersebut, mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam film.
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespons) dan imitation (peniruan).
Prosedur-prosedur Social learning:
Conditioning
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-perilaku lainnya, yakni dengan; Reward (hadiah), Punishment (hukuman). Dasar pemikirannya: Sekali seorang mempelajari perbedaan antara perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward)dengan perilaku-perilaku yang mengakibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
Imitation
Imitation (peniruan). Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan moral. Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku social hasil pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik “siapa “ yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku social dan moral peserta didik tersebut. Jadi dalamSocial Learning, anak belajar karena contoh lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan pengalaman baru bagi anak-anak.

Referensi:

Feist, Jess, Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta Selatan : Salemba Humanika

Suryabrata, Drs. Sumadi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers


Tidak ada komentar:

Posting Komentar